Rabu, 18 Juni 2008

PROSES PEMBUATAN BIOETANOL SKALA UKM DENGAN BAHAN SINGKONG / UBI KAYU

PROSES PEMBUATAN BIOETANOL SKALA UKM DENGAN BAHAN SINGKONG / UBI KAYU

Kita bahas terlebih dahulu mengenai pengolahan ubi kayu segar berkadar pati 28 % yang ditargetkan menghasilkan 7 liter bioetanol. Proses tersebut berlangsung sebagai berikut :
Kupas kasar ubi kayu segar sebanyak 50 kg. Cuci dan giling dengan mesin penggiling listrik, mesin bensin ataupun diesel
Saring hasil penggilingan untuk memperoleh bubur ubi kayu.
Masukan bubur ubi kayu ke dalam drum yang terbuka penuh bagian atasnya.
Tambahkan air 40 – 50 Liter dan aduk sambil dipanasi menggunakan kompor minyak tanah, gas ataupun tungku batu bara dan limbah pertanian baik yang dibakar langsung seperti batok kelapa, cangkang, sabut, rating-ranting kayu, maupun limbah pertanian dan peternakan yang diubah menjadi biogas.
Tambahkan 1.5 ml enzim alfa-amilase ( dapat dibeli di toko kimia khusus ). Panas kan selama 30 – 60 menit pada suhu sekitar 900 C.
Dinginkan hingga suhu menjadi 55 – 600 C. gunakan alat penukar panas untuk mempercepat proses pendinginan ( heat excharger ).
Tambahkan 0.9 ml enzim gluko-amilase ( dapat dibeli di toko kimia khusus )
Jaga temperature pada kisaran 55 – 600C selama 3 jam, lalu dinginkan hingga suhu di bawah 350 C. Gunakan alat penukar panas untuk mempercepat proses pendinginan.
Tambahkan 100 g ragi roti ( dapat dibeli di toko bahan – bahan kue ), urea 65 g, dan NPK 14 g. Biarkan selama 72 jam dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat agar gas karbondioksida yang terbentuk bisa keluar. Fermentasi yang berhasil ditandai dari aroma tape, suara gelembung gas naik ke atas dan keasaman (pH) diatas 1.
Pindahkan cairan yang mengandung 7 – 9% bioetanol itu kedalam drum lain yang didesain sebagai penguap ( evaporator ).
Masak menggunakan kompor minyak tanah, gas, tungku briket batu bara, arang atau bahan baker lain, hingga keluar uapnya menuju alat distilasi. Hal ini terindikasi melalui rambatan panas dalam pipa menuju alat ditilasi dan kenaikan temperature pada thermometer. Nyalakan aliran air di kondensor pengembun uap bioetanol.
Tahan temperature bagian atas kolom distilasi pada suhu 790C ketika cairan bioetanol mulai keluar. Kontrol temperature dapat dilakukan dengan dua cara yakni mengatur air refluks dalam alat distilasi dan atau mengatur api kompor
Fraksi bioetanol 90 – 95 % akan berhenti mengalir secara pelan-pelan.
Keluarkan limbah melalui kran bawah drum, melewati saringan yang akan menahan limbah padat dan meloloskan limbah cair.

BBN BISA JADI SOLUSI ATAS MAHALNYA BBM

BBN bisa jadi solusi atasi mahalnya BBM


Solo ( Espos )

   Keberadaan biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) dipandang sebagai solusi terbaik meroketnya harga minyak dunia yang berimbas pada naiknya bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air.

   Ketua Perhimpunan Masyarakat Bio Energi Jateng, Budi Soelaiman, mengungkapkan BBN bakal menjadi bahan bakar alternative bagi masyarakat Indonesia, menyusul adanya kekhawatiran habisnya BBM pada 16 tahun mendatang. Dia menyebut untuk mendapatkan satu liter biofuel, pengusaha menyiapkan 5 kg singkong atau 5 liter tetes tebu atau 4 kg biji jarak.

   “Komoditas sejumlah itu saat ini memang masih kurang, untuk masyarakat, terutama petani, mulai saat ini seharusnya lebih meningkatkan penanaman tiga prouk penghasil biofuel tersebut, “ urainya, saat dihubungi Espos, Selasa ( 11/3 ).

   Budi yang juga dikenal sebagi bapak biofuel Jateng tersebut, melalui perusahaan Agro Makmur, sekarang ini giat mengadakan sosialisasi untuk mendukung program BBN itu. Hal itu, menurut dia, senada dengan program pemerintah untuk menggalakkan tanaman biofuel,yakni Kepres No.5 dan Inpres No.1 tahun 2006.

   Terkait program tersebut,langkah jangka pendek yang dapat segera dilaksanakan adalah dengan meningkatkan volume penanaman tanaman biofuel. Tanaman singkong misalnya, kata Budi, yang semula hanya ditanam di sela-sela tanaman pokok, hendaknya mulai ditanam di lahan sendiri atau monokultur.    m65

 

PEMBUATAN RAGI TAPAI ( STARTER TAPAI )

PEMBUATAN RAGI TAPAI ( STARTER TAPAI )


1. PENDAHULUAN

Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai sumber energipun terus meningkat. Tanaman dengan kadar kabohidrat tinngi seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada umumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian sering dihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari selera.

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagi usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainnya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama non beras.

2. BAHAN

1) Ketan Putih 1,5 kg
2) Bawang putih 50 gram
3) Merica 50 gram
4) Lengkuas ( laos ) 7,5 gram
5) Cabai untuk jamu 50 gram
6) Air perasan tebu secukukupnya

3. ALAT

1) Alat penumbuk ( alu )
2) Tampah (nyiru)
3) Ayakan halus
4) Merang (Jerami)
5) Baskom atau panci
6) Daun pisang atau lembaran plastik

4. CARA PEMBUATAN

1) Haluskan merica dan cabai kemudian ayak
2) Tambahkan bawang putih dan lengkuas lalu haluskan lagi sampai rata
3) Rendam ketan putih semalam tiriskan kemudian keringkan. Tumbuk sampai halus dan ayak
4) Campurkan bumbu dan tepung sampai rata
5) Tambahkan air perasaan tebu sampai menjadi adonan yang mudah dibentuk, tetapi tidak terlalu basah.
6) Bentuk adonan menjadi bulatan-bulatan pipih ( diameter + 4 cm )
7) Letakkan pada tampah bambu yang telah dialasi merang padi kemudian taburi bagian atasnya dengan ragi
8) Tutup dengan daun pisang atau lembaran plastik
9) Simpan selama + 2 malam agar tumbuh jamur
10) Jemur hingga kering di bawah sinar matahari selama + 2-5 hari atau diatas tungku bila musim hujan
11) Simpan ditempat yang kering

Agronom Malaysia Belajar Bio Etanol di Karanganyar

Agronom Malaysia Belajar Bio Etanol di Karanganyar
DOPLANG ( Joglosemar ) : PT Agro Makmur Group kedatangan tamu ahli manajemen dan agronomi dari Malaysia DR Elias Husein, beberapa waktu lalu. Kedatangan rombongan dari Malaysia tersebut untuk mengikuti kursus tentang proses produksi bioetanol.
Direktur PT Agro Makmur Soelaeman Budi Sunarto dalam siaran persnya yang dikirim ke Joglosemar, Rabu (23/4) mengatakan, tamu Malaysia tersebut ingin belajar pembuatan bahan bakar nabati sebagai pengganti minyak tanah dari berbagai bahan tanaman, seperti singkong, jagung, jarak, tetes tebu dan aren.
“Nanti setelah bisa mereka akan mengembangkan bioetanol di negaranya,“ ujarnya. Sementara Dr Elias Husein dalam kesempatan tersebut mengatakan, pihaknya tertarik belajar proses pembuatan bioetanol karena produk ini bisa menjadi subtitusi minyak tanah. “ kami baru tahu kalau bioetanol 40 persen mampu dijadikan pengganti bahan bakar. Ini proses bagus bagi kami ke depan, “ ujarnya. ( asa/* )

ALAT SULING BIOETANOL


EDITORIAL BIOETANOL


EDITORIAL BIOETANOL DARI AGRO MAKMUR

Kedatangan Datuk DR. Elias Hussein seorang ahli manajemen dan Agronomi dari Malaysia yang mengkhususkan diri dan meluangkan waktunya untuk belajar di Agro Makmur sebagai siswa magang / kursus pelajaran tentang proses produksi bioetanol sebagai pengganti / subtitusi minyak tanah dan kebutuhan lainnya yang sangat diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia sebagai urat nadi kehidupan.
Beliau bercerita , jika memiliki 108 Ha lahan perkebunan di Malaysia untuk uji klinis khusus tanaman-tanaman bioenergi, tetapi belum mendapatkan ilmu pengolahan hasil pertanian seperti : singkong, tebu, jagung, nipah, aren, kelapa sawit, dan sorgum, yang dapat diolah menjadi bioetanol kadar rendah, 40 % , yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah untuk kompor minyak skala rumah tangga.
Bahkan beliau semakin takjub, saat belajar di Agro Makmur yang berkedudukan di lereng lawu Jl.Joko Songo No 33 Doplang, Karang Pandan, Karanganyar sebagai pemrakarsa dan pioneer di dalam memberikan kursus dan bersosialisasi ke masyarakat baik di strata lini yaitu kelurahan dan kecamatan maupun di tingkat nasional melalui pewartaan majalah Trubus untuk menggencarkan penggunaan Bioetanol 40 % sebagai bahan bakar kompor minyak di masyarakat luas.
Kabar baik ini tidak di sia-siakan oleh Datuk DR. Elias Hussein untuk segera menangkap kesempatan yang bagus ini guna di pelajari untuk dikembangkan dan diwartakan ke Negara asalnya yaitu Malaysia.
Hingga sekarang Agro Makmur makin konsisten untuk mewartakan solusi bahan bakar nabati ( BBN ) sebagai pengganti bahan bakar minyak ( BBM ) seperti yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Kepres No.5 dan Inpres No.1 UUD 2006 yaitu tentang pengolahan tanaman bio energi untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar nabati.